Keberhasilan yang Tertunda
(Karya : Ibnu Rizky Ratnanta)
(Karya : Ibnu Rizky Ratnanta)
Namaku Ibnu Rizky Ratnanta,
teman-temanku memanggilku Kiki. Aku seorang siswa di SMP Negeri ternama di Kota
Probolinggo. Seminggu yang lalu, ketika pelajaran Fisika berlangsung, Bu Mai,
guru IPA kelas 9, memanggilku bersama dengan Huda, sahabatku. Kami awalnya
bingung, kenapa Bu Mai memanggil kami? Ternyata setelah tiba di perpustakaan
sekolah, Bu Mai menyuruh kami untuk menggambar sebuah poster di atas selembar
kertas A4. “Ha? Membuat poster? Memang atas dasar apa Bu Mai memilih kita?”,
kata Huda dengan muka kebingungan. Tidak hanya kami yang ada di perpustakaan,
tapi ada beberapa siswa lain dari kelas 8. Setelah beberapa menit, Bu Mai
datang dengan membawa beberapa kertas A4 dan selembar kertas yang tertulis.
“Kalian saya kumpulkan di sini, karena kalian akan saya seleksi untuk mengikuti
Pemilihan Duta Sanitasi 2013 di Surabaya!”, kata Bu Mai tegas. Di dalam hati,
aku terkejut dan bingung, dan akupun bertanya-tanya, apa itu Duta Sanitasi. Setelah
Bu Mai menjelaskan panjang lebar tentang lomba, kami dipersilahkan untuk
memnggambar poster dengan tema “Bersama Kita Peduli Sanitasi dan Air Minum”,
ada 3 sub tema yaitu pengelolaan air minum, 3R, dan MCK. Aku memilih sub tema
pengelolaan air minum.
Dua minggu kemudian, Bu Mai mengumumkan
siapa saja yang terpilih untuk mewakili Kota Probolinggo, khususnya SMPN 1
Probolinggo, dalam Pemilihan Duta Sanitasi 2013. Nama pertama yang disebutkan
Bu Mai adalah Sania Lukitasari, siswi kelas 7.4, kemudian Melvanda Gisela Putri
kelas 7.1, dan Alifia Permana Putri kelas 8.1. “Dan yang terakhir Ibnu Rizky
kelas 8.4”, kata Bu Mai melalui microphone.
Aku pun terkejut dan bingung dengan perasaanku sendiri. Setelah itu, aku,
Sania, Fifi, dan Melvanda menuju ruang guru, untuk menemui Bu Mai. Kami diberi
masing-masing 5 lembar kertas, yang sekilas berisi tentang lomba tersebut.
Ada dua jenis perlombaan dalam Pemilihan
Duta Sanitasi tersebut. Aku, dan Sania
terpilih mengikuti lomba poster sedangkan Fifi dan Melvanda terpilih mengikuti
lomba karya tulis. Selama dua minggu sebelum hari-H, aku dan Sania berlatih,
berlatih, dan berlatih dalam mengasah kemampuan kami untuk membuat poster.
“Coba, kalian membuat 10 desain poster setiap harinya! Sanggup kan?”, tanya Pak
Efendi. “E... e.... insyaallah sang...up, Pak!”, kataku terbata-bata. “Ya
sudah, semampu kalian saja, yang penting setiap hari kalian membuat desain
poster, besok jangan lupa dibawa!”, perintah Pak Efendi. Selain membuat poster,
kami juga diberi sedikit materi tentang sanitasi, seperti 3R, kebersihan air
minum, pengelolaan air di kawasan perumahan, MCK, dan sebagainya.
Hari itu pun datang juga, rasanya
seperti mimpi, cepat sekali. Sekitar pukul 06.00 WIB, empat siswa dan siswi dari
SMPN 1 serta dua siswi dari SMPN 5 berangkat menuju Hotel Grand Sahid Jaya,
Surabaya menggunakan mobil Daihatsu Grand
Max milik sekolahku. Setelah 3 jam perjalanan, kami pun tiba di Hotel
Sahid. “Wahh, mewah sekali hotelnya!”, kesan pertamaku saat melihat Hotel
Sahid. Kami diberi arahan oleh panitia lomba untuk menuju ballroom Hotel Sahid. Sekitar 100 peserta dari masing-masing kota
dan kabupaten di Jawa Timur berkumpul di ballroom
megah itu. Kami pun saling berkenalan dan berbincang-bincang. Aku mendapatkan
teman baru di sana, mereka semua mengasyikkan. Setelah beberapa menit, kunci
kamarpun dibagikan, aku sekamar dengan Ari Riscahyo Nugroho, peserta dari SMPN
1 Kediri. Dia orangnya baik dan suka bergurau. Kamar kami berada di lantai 12,
No. 1111, jadi, kami harus menggunakan lift.
“Namaku Ari, dari Kediri. Namamu?”, tanya Ari kepadaku. “Aku Kiki, dari
Probolinggo. Rumahmu Kediri mana?”, tanyaku. “Di Banjaran, Kota Kediri. Kenapa
kamu tanya itu?”, tanya Ari. “O... Banjaran, rumah mbahku ada di Kediri, tapi di Kabupaten!”, jawabku. “Wah, kita sekampung dong! Hehehe”, kata Ari.
Akupun tertawa terbahak-bahak dengan dia. Setelah meletakkan koper, tas ransel
dan barang lainnya di dalam kamar, kami kembali menuju ballroom.
Lomba baru dilaksanakan keesokan hari.
Sebelum lomba dimulai, kami diberi arahan mengenai pelaksanaan lomba, baik
poster maupun karya tulis. Selain itu, kami juga diberi materi tentang sanitasi
yang menurutku sangat menarik. Aku pun terkejut ketika seseorang datang
dihadapan kami, ternyata beliau adalah Bapak Muh. Nuh (menteri pendidikan) dan
istrinya. Selain itu, ada juga Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Jawa Timur,
istri Bapak Joko Kirmanto (Menteri PU) dan lain-lain. Mereka datang untuk
memberi sedikit materi tentang cara hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Sungguh
materi yang menarik!
Setelah Magrib, para peserta diarahkan
menuju ke ruang makan Hotel Sahid. Di sana, banyak sekali jenis makanan. Mulai
dari makanan pasar, seperti cenil dan
bubur sum-sum, sampai berbagai macam
jenis sushi dan salad. “Aku bingung, banyak sekali makanannya di sini!”, kataku
sambil bingung memilih makanan. Setelah itu, para peserta digiring kembali
menuju ballroom untuk melaksanakan upacara pembukaan. Setiap peserta dianjurkan
untuk menampilkan kesenian daerahnya. “Mereka semua, keren!”, kagumku. Sekitar
pukul 22.00 WIB, upacara pembukaan selesai. “Ngantuk banget aku, kamu?”,
tanyaku kepada Ari. “Banget, banget, banget!”, jawab Ari dengan pasti. Setelah
kali tiba di kamar, aku langsung menuju kamar mandi, untuk menggosok gigi,
buang air, dan wudhu, kemudian shalat Isya’ dan langsung tidur.
Hari itu pun tiba, pukul 08.00 WIB, peserta
diwajibkan berkumpul di ruang lomba. Selama 3 jam, para peserta melaksanakan
lomba dengan kemampuan terbaik yang mereka miliki. Termasuk aku, Sania, Fifi,
dan Melvanda. Kami berusaha menampilkan yang terbaik demi SMPN 1 Probolinggo.
“Wah, gambar mereka keren-keren! Aku jadi minder!”, kataku. Sebelum kami keluar
ruangan, para peserta diwajibkan melaksanakan sesi foto bersama poster dan
karya tulis masing-masing. Untuk karya tulis, masih ada sesi presentasi
dihadapan juri, sedangkan poster tidak. Sekitar pukul 17.00 WIB, 10 besar
poster dan 10 besar karya tulis diumumkan melalui telepon yang ada di kamar
masing-masing. “Aku, kok nggak ditelpon-telpon ya? Apakah aku nggak masuk 10
besar?”, pikirku dengan kecemasan.
Setelah magrib, 10 besar poster dan 10
besar karya tulis melaksanakan sesi presentasi dihadapan para juri dan peserta.
Alhamdulillah, meskipun aku dan Melvanda tidak masuk 10 besar, tapi ada 2
perwakilan dari SMPN 1 Probolinggo, yang masuk, yaitu Sania, dengan posternya,
dan Alifia dengan karya tulisnya. Setelah semua finalis mempresentasikan
karyanya masing-masing, juri mengumumkan pemenang. “3 besar poster dan 3 besar
karya tulis akan mewakili Jawa Timur dalam Pemilihan Duta Sanitasi Nasional
2013, di Jakarta, bulan Juli!”, kata salah satu juri kepada kami. “Juara 1
karya tulis adalah ..... Bella Puspita dari SMPN 1 Kediri, Juara 1 poster
adalah ..... Yogeswari Sista dari SMPN 1 Sidoarjo....”, kata salah satu juri
saat mengumumkan pemenang lomba. “Juara Harapan I, Sania Lukitasari dari SMPN 1
Probolinggo”, kata juri. “Alhamdulillah!!!”, kata Sania dengan kegirangan.
Walaupun aku tidak memenangkan ajang
Pemilihan Duta Sanitasi 2013 ini, aku sangat senang dan bersyukur, karena
banyak sekali pengalaman berharga yang aku dapatkan. Mulai dari teman baru,
tidur di hotel berbintang, bertemu dengan Menteri Pendidikan, mendapatkan
materi tentang sanitasi yang sangat menarik dan lainnya. Pengalaman ini tidak
akan terlupakan. Mungkin, keberhasilanku masih tertunda di sini. Tapi, aku
yakin bahwa Allah SWT akan merencanakan sesuatu yang baik, kelak di kemudian
hari. “Terima kasih, Tuhan!”, kataku dalam hati.
View dari kamarku
View ketika pagi
Sudut lain dari kamarku
Sania Lukitasari, Juara Harapan I Lomba Poster :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar